Pada zaman dahulu, konon katanya nenek moyang kita menggunakan putih telur sebagai perekat batu candi, karena pada masa itu belum ditemukan semen. Bukan hanya bangunan Candi Borobudur yang diklaim demikian, beberapa bangunan bersejarah lain juga konon menggunakan telur putih. Apakah benar candi sekokoh Borobudur menggunakan telur putih sebagai bahan pengganti semen?
"Saya tidak tahu narasi seperti itu terbangun dari kapan. Namun berdasarkan catatan berbagai literatur tentang Candi Borobudur, tidak ada informasi tentang bahan putih telur itu," kata Brahmantara, pakar pengkaji dan pelestari Borobudur dalam live streaming Eureka! "Rahasia Borobudur".
Faktanya, batu Candi Borobudur disusun menggunakan teknik penguncian (interlock), yaitu teknik yang mirip puzzle jigsaw. Hal ini bisa dilihat pada susunan batu candi pada bagian bawah dan pintu gerbang. Jadi, bagian batu yang akan disusun sudah dibentuk sedemikian rupa agar bisa disusun dengan teknik penguncian.
"Secara teknis sambungan-sambungan itu sudah menggunakan sistem interlock. Jadi tipe-tipe sambungan itu semuanya tersistem dengan baik. Arsitek maupun engineer di masa itu sudah mempertimbangkan beberapa teknik kuncian," sebut Brahmantara.
Ia merinci bahwa Candi Borobudur menggunakan batuan andesit yang ditata dengan pola susun batu arah horizontal. Jenis sambungan batu yang ada pada Candi Borobudur ada empat yaitu:
1. Sambungan batu dengan bentuk seperti ekor burung. Sambungan tipe ini dijumpai hampir pada setiap sambungan batu di dinding
2. Sambungan batu dengan tipe takikan. Jenis ini banyak terdapat pada bagian hiasan kepala kala, relung, dan gapura
3. Sambungan tipe alur dan lidah. Ini terdapat pada pagar selasar dan batu ornamen Makara di kanan dan kiri tangga, dan selasar
4. Sambungan batu dengan tipe purus dan lubang. Ini banyak terdapat pada batu antefik, yaitu hiasan di luar candi yang berbentuk segitiga meruncing. Tipe sambungan ini juga dipakai pada kemuncak pagar langkan.
Jelas bahwa proses pembangunan Candi Borobudur sudah menggunakan teknologi tinggi untuk ukuran abad ke-8. Teknik interlock merupakan teknologi yang maju dalam dunia konstruksi.
"Kita pun melihat ini sebagai satu desain yang luar biasa. Ketika menggunakan sambungan tipe pertama misalnya, dia akan mempertimbangkan risiko misalkan terkait rentan geser atau tekanan. Ini bukan kebetulan sederhana, tapi dirancang menggunakan satu desain pemikiran yang hebat," tutupnya.
Tak harus jauh-jauh ke Italia jika hanya ingin melihat keajaiban alam berupa bukit marmer. Ternyata di Desa Ngargoretno, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Anda juga bisa menikmati keajaiban alam bukit marmer yang indah.
Sekitar tujuh kilometer arah barat daya Candi Borobudur, terdapat sebuah perbukitan yang memiliki keindahan alam yang indah. Perbukitan Menoreh namanya. Ia membentang di antara tiga wilayah, yaitu Kabupaten Magelang dan Purworejo, dan Kulonprogo di DIY.
Salah satu desa di sana menyimpan potensi panorama yang unik dan tak bisa ditemukan di tempat lain, yaitu wisata alam marmer merah. Batuan pualam itu membentang di Desa Ngargoretno,. Bukit marmer merah ini disebut-sebut hanya ada dua di dunia, satu di Italia dan satu lagi di Magelang.
Tersembunyi di antara gugusan Perbukitan Menoreh, batuan marmer merah itu merupakan fenomena alam yang terbentuk selama ribuan tahun. Ia muncul dari proses kristalisasi alami antara batu kapur dengan mineral kalsit pada tekanan temperatur suhu tertentu.
Bukan sembarang bukit marmer, batuan di sana memiliki serat kemerahan. Sebab, jika batuannya digosok sedikit dengan air, maka batu-batu itu akan tampak serat kemerah-merahan.
Ukuran batuannya pun beragam, mulai dari besar lonjong, bundar, hingga tinggi memanjang. Oleh warga setempat, kekayaan alam itu dijadikan sebuah destinasi wisata bernama Museum Alam Marmer Merah Indonesia.
Sebagai jalur perlintasan wisata dunia Candi Borobudur, mengunjungi Museum Alam Marmer Merah Indonesia bisa menambah pengalaman yang berbeda. Museum alam itu terletak pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Di sana, setidaknya ada tiga lokasi tumpukan batu marmer yang bisa dikunjungi wisatawan.
Wisatawan bisa mendaki tangga batuan marmer yang eksotis itu dan mengambil swafoto. Dari atas batuan marmer itu, wisatawan bisa menikmati panorama alam gugusan Perbukitan Menoreh yang eksotis dan menawan.
Gua Purba
Tak berhenti dengan keelokan gugusan batuan marmernya, destinasi itu rupanya menyimpan rahasia lain dengan keberadaan gua marmer purba. Gua Purba itu berada di antara puncak Perbukitan Menoreh.
Gua Purba ini menjadi salah satu wahana alam pelengkap bagi wisatawan yang berkunjung ke Museum Alam Marmer Merah Indonesia. Karakternya seolah menjadi rongga udara bagi marmer merah di sana.
Dilansir dari Okezone, di dalam gua tersebut terdapat ruangan dengan ketinggian 2,3 meter. Untuk mencapai gua itu, pengunjung harus menaiki sekitar 287 anak tangga mulai dari pintu gerbang masuk wisata Museum Alam Marmer Merah.
Kini, wisatawan bisa menikmati cantiknya gua purba sekaligus bentangan batuan marmer merah itu di Desa Ngargoretno. Jika ditempuh dari Candi Borobudur, destinasi itu bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.